Viral Lampung Tengah…Malam 1 Suro Bagi masyakat Jawa , Dianggap sakral bagi mereka yang masih memegang teguh adat dan tradisi warisan dari leluhurnya. Salah satu ajaran yang masih dilakukan adalah menjalankan tradisi malam Suroan , dengan mengelar acara ” Selamatan” atau lebih dikenal istilah bahasa jawa nya dengan sebutan Kenduri “.
Walaupun dimasa wabah Covid 19 belum usai ,masyarakat, Lampung di Kampung Mataram Udik, keturunan Suku Jawa , Kecamatan Bandar Mataram ,Kabupaten Lampung Tengah ,mengelar selamatan , malam 1 Suro berlangsung dengan Hikmat, acara tersebut ,dipusatkan di dusun 5 Sido Mukti ,Rabu malam(19/8/2020).
Tradisi malam satu Suro bermula saat zaman Sultan Agung sekitar tahun 1613-1645. Saat itu, masyarakat banyak mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Hal ini sangat bertentangan dengan masa Sultan Agung yang menggunakan sistem kalender Hijriah yang diajarkan dalam Islam.
Sultan Agung kemudian berinisiatif untuk memperluas ajaran Islam di tanah Jawa dengan menggunakan metode perpaduan antara tradisi Jawa dan Islam.
Sebagai dampak perpaduan tradisi Jawa dan Islam, dipilihlah tanggal 1 Muharam yang kemudian ditetapkan sebagai tahun baru Jawa. Hingga saat ini, setiap tahunnya tradisi malam satu Suro selalu diadakan oleh masyarakat Jawa.
Mbah Arjo Tukimin(76) sesepuh dusun, menjelaskan Malam satu Suro sangat lekat dengan budaya Jawa. Iring-iringan rombongan masyarakat atau yang biasa kita sebut kirab menjadi salah satu hal yang bisa di lihat dalam ritual tradisi ini, biasanya tradisi dikota Solo .
Para abdi dalem keraton, mempersembahkan ,hasil kekayaan alam berupa gunungan tumpeng serta benda pusaka menjadi sajian khas dalam iring-iringan kirab yang biasa dilakukan dalam tradisi Malam Satu Suro.
di Yogyakarta perayaan malam satu Suro biasanya selalu identik dengan membawa keris dan benda pusaka sebagai bagian dari iring-iringan kirab.
Tradisi malam satu Suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan. Karenanya, pada malam satu Suro biasanya selalu diselingi dengan ritual pembacaan doa, Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.”kata Mbah Arjo.
Ia berpesan,” sepanjang bulan Suro harus terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling disini memiliki arti manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Sementara, waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatka dari setan”,Pungkasnya.
Sementara Kepala Kampung Mataram Udik ,Rudi yang turut menghadiri acara malam 1 suro mengatakan Tradisi malam suroan harus tetap dijaga dan dilestarikan ,ini merupakan aset budaya nenek moyong dan kelak juga harus di wariskan pada anak cucu . Pada hakekatnya ,terlepas dari banyaknya tradisi yang ada di malam suro, peringatan ini perlu untuk tetap dilakukan sebagai rasa bersyukur kepada Tuhan dan sebagai wujud pembaharuan diri atau mempersiapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik .
Ia berharap semua masyarakat meskipun beda suku, agama ,adat ,tradisi dan budaya dapat menjaga kedamaian ,kerukunan dan saling bertoleransi ,momentum satu suro ini .
selaian itu , masih di bulan Agustus , Dalam rangka memperinggati HUT Republik Indonesia ke 75 tahun, ia mengajak masyarakat untuk bersyukur kepada Allah SWT ,yang sudah memberikan nikmat kemerdekaan lepas dari penjajah , untuk itu mari kita ,isi kemerdekan dengan memperkuat persatuan dan kesatuan didalam kehidupan sehari hari. apa lagi saat ini, menghadapi tahun politik dikabupaten Lampung Tengah, sebentar lagi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang jatuh pada 9 Desember mendatang .
Dan dimasa pandemi Covid 19 , yang masih melanda Indonesia bahkan dunia , masyarakat harus berperilaku hidup sehat.,rajin mencuci tangan dengan sabun,mengunakan masker saat beraktivitas diluar rumah ,agar terhindar dari virus ,corona semoga Tuhan melindungi kita semua dan secepatnya mencabut virus corona dari bumi nusantara , pungkasnya.(tedj)